|
Potret Keseharian Bung Karno; Kesaksian
Mangil (5)
Minum Air Putih Dingin sebelum Berpidato
Bung Karno sudah sangat dikenal
dengan kemampuan orasinya. Ia memang jago di atas podium. Kalimat-kalimatnya
yang bertenaga mampu membuai pendengarnya sehingga mereka rela tinggal
berjam-jam di bawah matahari untuk mendengarkan suara Bung Karno. Apa resep
yang dipakai Bung Karno sehingga mampu membius orang melalui kata demi
kata yang meluncur lewat lidahnya itu? Apa yang harus disiapkan pengawal
sebelum Bung Karno berpidato? Mangil menuturkan semuanya melalui Kesaksian
tentang Bung Karno 19451967, sebuah buku yang ia tulis. Berikut kisah
lengkapnya.
SIAPA PUN tahu Bung Karno pandai sekali
berpidato. Setiap kali ia berpidato, setiap kali itu pula pendengarnya
terhipnotis dan tidak akan meninggalkan tempat sampai kalimat terakhir.
Melalui pidato-pidatonya ini, Bung Karno melecut semangat rakyat, menimbulkan
rasa optimisme, dan menaikkan harga diri sebagai suatu bangsa. Begitu pandai
Bung Karno berpidato sehingga orang pun rela menghentikan pekerjaan yang
sedang dilakukan untuk mendengarkan pidato Bung Karno, baik secara langsung
maupun lewat pesawat radio. Di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah pernah
terjadi suatu pesta pernikahan tertunda gara-gara para tamu lebih tertarik
mendengarkan pidato Bung Karno yang berapi-api itu.
Mangil menulis, Bung Karno memang memiliki
bakat dan keterampilan luar biasa dalam berpidato. Kebetulan juga, Tuhan
memberikan postur tubuh gagah kepada Bung Karno. Selain itu, Tuhan menganugerahi
otak encer kepada dia. Kombinasi ini membuat pidato Bung Karno selalu menarik.
Orang tak akan bosan meski mendengarkan pidato Bung Karno dalam waktu yang
lama.
Keahlian Bung Karno berpidato ini juga
diakui masyarakat internasional. Dengan gayanya yang gagah dan penuh gaya,
Bung Karno membuat semua orang yang hadir dalam Sidang Umum PBB di New
York terkesima. Tak hanya itu, dalam setiap kunjungan ke luar negeri, pidato
Bung Karno selalu menarik perhatian.
Mungkin tak banyak yang tahu kalau
Bung Karno mempunyai kebiasaan sebelum berpidato. Apa itu? Minum air putih.
Bung Karno selalu minum air putih yang sudah dingin. Bukan dikasih air
es, es, atau air yang dimasukkan di dalam lemari es. Tetapi, air putih
yang dingin tanpa es. Air putih ini harus dimasak lebih dulu, alias tidak
diambil langsung dari air sumur atau air leding.
Karena kebiasaan ini, Bung Karno pernah
membuat para pengawal kalang kabut mencarikan air putih dingin. Ceritanya
begini. Suatu ketika, Bung Karno meninjau daerah Aceh. Dalam perjalanan
dengan mobil, di tengah perjalanan, Bung Karno didaulat rakyat Aceh untuk
memberikan wejangan. Seperti biasa, sebelum berpidato, Bung Karno meminta
air minum. Tentu saja, orang berebut ingin memberikan air minum kepada
Bung Karno. Saya minta air minum. Bukan air teh, kopi, atau bir. Bapak
hanya minta air putih yang sudah dimasak dan sudah dingin tanpa diberi
es, kata Bung Karno.
Mangil sendiri kalang kabut mencari
air tersebut. Biasanya, para pengawal memang selalu menyediakan air minum
dingin ini di tempat-tempat di mana Bung Karno akan berpidato atau memberikan
wejangan. Tetapi, ini dalam perjalanan. Untunglah, salah seorang polisi
negara yang sedang bertugas membawa air minum dingin ini. Dengan sedikit
membungkukkan badan dan dengan senjata disandangkan ke badan, dia membukaveldfles
(tempat air minum, Red) yang ia bawa dan berkata kepada Bung Karno, Inilah
air minum yang Bapak minta.
Lantas, Bung Karno meminjam gelas penduduk
yang kebetulan rumahnya dekat dengan rombongan presiden berhenti. Setelah
minum, barulah Bung Karno memulai pidato. Karena pengalaman ini, Mangil
di kemudian hari membentuk tim khusus yang harus menyediakan keperluan
pribadi Bung Karno. Misalnya, selalu membawa minuman yang akan diteguk
Bung Karno sewaktu-waktu.
Tim ini beranggota para polisi pengawal
pribadi dan dipimpin Sogol Djauhari. Tim ini selalu mengawasi makanan dan
minuman Bung Karno di mana saja dan kapan saja. Bila Bung Karno bepergian
jauh, dalam perjalanan ke luar kota atau daerah, anggota polisi pengawal
pribadi yang duduk di dalam mobil harus selalu membawa perlengkapan yang
selalu diperlukan presiden sewaktu-waktu. Misalnya, topi, payung, mantel,
dan kacamata. Perlengkapan-perlengkapan ini sama sekali tidak boleh dilupakan.
Pada suatu ketika, Bung Karno dan rombongan
dengan mengendarai mobil menuju lapangan terbang Kemayoran. Rencananya,
Bung Karno akan berangkat ke Bali. Yang kebetulan mengawal Bung Karno di
dalam mobil adalah Sardi. Ketika mobil yang membawa presiden berada di
dekat rel kereta api dekat istana, Bung Karno minta kacamata untuk membaca
surat. Ternyata Sardi lalai. Dia tidak memeriksa perlengkapan Bung Karno.
Godverdomme. Saya tidak akan
berangkat kalau kacamata Bapak tidak ada, kata Bung Karno dengan nada
tinggi. Bung Karno marah. Sardi tampak kebingungan. Dia terus mencari-cari
kacamata di sekitar tempat duduk depan. Sesampai di Kemayoran, Sardi menghampiri
Tukimin, salah seorang pegawai kepresidenan. Tampaknya, Tukimin tahu betul
apa yang dicari Sardi. Buktinya, ia mengacungkan kacamata yang ia bawa
sambil tertawa. Tukimin inilah yang membawa kacamata Bung Karno yang tertinggal
di istana. Setelah mengucapkan terima kasih, Sardi berlari lagi ke arah
Bung Karno dan menyerahkan kacamata yang ia bawa. Terima kasih, Di,
kata Bung Karno.
Ketika Bung Karno kembali dari Bali,
Sardi berkata kepada Mangil, Wah, seumur-umur belum pernah saya di-godverdomme
oleh orang lain. Sampai beberapa hari habis dimarahi Bapak, saya tidak
enak makan, kata Sardi sambil tersenyum.
Dalam acara resmi, rapat resmi, rapat
umum atau rapat raksasa, ketika Bung Karno akan berpidato, mikrofon dan
pengeras suara harus selalu baik. Mangil juga membentuk tim khusus yang
bertugas mengurusi peralatan audio ini, dari alat-alat sampai perekaman.
Tim ini dipimpin Ali Slamet. Ia dibantu Soetimin. Dua orang inilah yang
selalu melayani Bung Karno dalam urusan pidato. Ke mana saja Bung Karno
pergi di Indonesia, kedua orang tersebut selalu ikut dengan membawa semua
perlengkapan Bung Karno.
Sebenarnya resep apa yang dipakai Bung
Karno sehingga piawai berpidato? Mangil menulis, resep yang pertama adalah
karena Bung Karno menguasai betul sejarah Indonesia. Kedua, Bung Karno
memakai bahasa yang mudah dimengerti rakyat. Ketiga, Bung Karno pandai
berimprovisasi. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh Bung Karno
dikembangkan sendiri dengan kreatif. Tak seperti para pemimpin nasional
lain ketika itu. Mereka ini lebih banyak menguasai sejarah asing. Juga,
cara berpikir mereka kebanyakan selalu textbook thinking, kata
Bung Karno.
Selain orator ulung, Bung Karno ini
penggembleng yang baik. Ketika berada di Yogyakarta, bertempat di belakang
istana, secara periodik, Bung Karno menggembleng para wanita. Materi yang
diajarkan adalah kursus politik. Pesertanya terdiri atas para wanita, remaja
putri, pelajar putri, dan mahasiswi. Kursus ini selalu dibanjiri peserta.
Setiap Bung Karno selesai memberikan pelajaran, bahannya selalu ditulis,
kemudian dibundel jadi satu oleh Mualif Nasution dan Gunadi. Keduanya adalah
pegawai Sekretariat Presiden. Hasil bundel ini lalu dibukukan dan diberi
judul Sarinah. Sarinah adalah nama wanita yang mengasuh Bung Karno
ketika kecil. Wanita inilah yang memberikan petunjuk-petunjuk yang sangat
berguna bagi Bung Karno. Sarinah adalah inspirasi bagi Bung Karno. Karena
diabadikan dalam kumpulan tulisan itu, nama Sarinah pun menjadi terkenal.
Tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. (moh. susilo) |